Hot Posts

4/footer/recent

Comments

4/comments/show

Ilmuwan Khawatir Jika AI Lebih Cerdas dari manusia



Foto Ilustrasi (Istimewa)

Bajovoice Terdapat ramalan pada tahun 1993 dari ilmuwan komputer dan penulis fiksi ilmiah, Vernor Vinge yang mengatakan bahwa manusia akan memiliki teknologi untuk menciptakan suatu bentuk kecerdasan yang melampaui kemampuan manusia. Saat ini, teknologi tersebut dikenal dengan nama Artificial Generalized Intelligence atau AGI.

Dilansir dari detikEdu, deretan peneliti AI dan investor teknologi mencari apa yang mereka sebut sebagai AGI, elemen yang dapat melakukan kinerja tingkat manusia pada semua jenis tugas intelektual. Sejumlah peneliti yakin apabila manusia menghasilkan AGI yang sukses maka ini adalah akhir dari manusia.

Kaum futuris selalu memuji Vinge dengan mempopulerkan "Singularitas". Dia percaya bahwa pada akhirnya, kemajuan teknologi dapat menciptakan entitas dengan kemampuan yang melebihi otak manusia.

Vinge membayangkan peningkatan bioteknologi atau elektronik dengan prosesor komputer dapat mengubah otak manusia menjadi lebih cepat dan lebih cerdas.

"Intinya adalah, begitu mesin mengambil alih proses melakukan sains dan teknik, kemajuannya begitu cepat, Anda tidak dapat mengikutinya," ucap seorang ilmuwan komputer di Universitas Louisville, Roman Yampolskiy dalam Pop Science.

Yampolsky melihat masa depan itu di bidangnya sendiri. Kini peneliti AI menerbitkan jumlah pekerjaan yang banyak dengan kecepatan tinggi.

"Sebagai seorang ahli, Anda tidak lagi tahu apa yang canggih," katanya.

"Itu berkembang terlalu cepat," lanjutnya.

Ilmuwan belum memahami lebih dalam mengenai AI sehingga kemungkinan percepatan AI ini dapat menimbulkan masalah.

Pekerjaan Yampolsky menunjukkan bahwa manusia tidak akan pernah mampu memperkirakan apa yang bisa dilakukan oleh AI. Menurutnya, AI sangat sulit dikendalikan dan dapat menjadi bencana.

Lembaga think tank AI Impact setelah melakukan survei pada 738 peneliti tentang kemungkinan skenario Singularity pada pertengah 2022 lalu, menemukan bahwa 33 persen meyakini Singularity dapat terjadi sementara sisanya sulit dipercaya.

Seorang ilmuwan komputer di University of California, Irvine, Sameer Singh mengatakan bahwa kurangnya definisi yang konsisten untuk AGI dan Singularitas membuat konsep tersebut sulit untuk dipahami.

"Itu hal-hal akademik yang menarik untuk dipikirkan," jelasnya.

"Tapi, dari sudut pandang dampak, saya pikir masih banyak lagi yang bisa terjadi di masyarakat yang tidak hanya berdasarkan ambang batas ini," lanjutnya.

"Ketika saya mendengar sumber daya masuk ke AGI dan efek jangka panjang ini, saya merasa hal itu menghilangkan masalah yang sebenarnya penting," katanya.

Dari sudut pandang hukum, konten yang dihasilkan oleh AI sering bertentangan dengan undang-undang hak cipta dan privasi data. Model AI diketahui sudah menghasilkan keluaran yang rasis, seksis, dan salah secara nyata.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ilmuwan Khawatir Jika AI Lebih Cerdas dari manusia"

Post a Comment