Hot Posts

4/footer/recent

Comments

4/comments/show

Iman Kita Beda

 


                                                                           Foto  Ilustrasi



                                                                                                         

“Kita Memang di Ciptakan Tuhan Yang Sama, Tapi Iman Kita Beda”

***

Aku termenung dalam kamar di temani sunyinya malam. Aku mengingat semua kenangan yang kita lewati baik itu canda tawa, suka dan suka. Aku begitu bahagia hari itu, seakan dunia pada waktu itu milik kita berdua. Tapi, pada kenyataannya aku dan kamu tidak bisa bersatu. Ada tembok besar yang menghalangi jalan kita berdua, aku bahkan tidak bisa memanjat tembok itu. Tembok itu terlalu tinggi ku panjat.

Aku dan kamu memang di ciptakan Tuhan yang sama, tapi iman kita yang berbeda. Aku tidak bisa mengambil kamu dari Tuhanmu begitupun sebaliknya. Jika aku memaksa kamu untuk mengikutiku, aku orang yang egois tidak memikirkan perasaan keluargamu. 

Jalan yang terbaik adalah kita harus berpisah, memang begitu berat untuk kita berdua. Mungkin itu yang terbaik untuk hubungan kita yang beda iman. Aku tidak ingin hubungan ini berlanjut, pada akhirnya kita akan memilih ikut iman yang mana. Lebih baik dari sekarang kita harus saling melupakan satu sama lain walau itu sangat menyakitkan.

Tuhan tidak menakdirkan kita bersama. Aku akan pergi dari kehidupanmu untuk melupakan segala kenangan kita. Aku akan pergi jauh dan memulai kehidupan baruku. Biar kenangan ini menjadi tanda kita pernah bersama dan berpisah karena berbeda. 

Cinta memang tidak memandang kepada siapa orangnya, tapi cinta juga tidak akan rela jika orang yang dia cintai meninggalkan Tuhannya hanya karena sebuah cinta. Aku tidak seperti itu, yang merengut orang yang aku cintai dari keluarganya. Aku tidak ingin menyakiti siapa pun, aku ingin cinta yang tulus tanpa melihat latar belakang yang berberda.

Aku memang mencintaimu, bahakan separuh hidupku ada padamu. Tapi aku tidak bisa memiliki kamu sepenuhnya jalan kita berbeda. Mana mungkin kamu melawan orangtuamu untuk mengikutiku, aku tidak ingin orangtuamu terluka karena kehadiranku di dalammu.

 aku yang terluka dan sakit, dari pada orangtuamu yang kecewa dengan pilihanmu. Takdir cinta kita berakhir seperti ini. Sejak dari awal aku sudah memikirkan kemana arah hubungan kita, apalagi dengan status kita berbeda. 

                                                                         ***

Saat pertama kali aku melihat wajahmu dengan balutan hijab merah, aku terpesona dan kagum dengan dirimu. Aku yang awalnya mati rasa terhadap cinta, saat melihat dirimu semuanya menjadi berbeda dan berwarna. Aku tidak peduli dengan iman yang kita anut, tapi hatiku nyaman bila ada di sampingmu. Hingga aku jatuh kepelukanmu. 

Duniaku sangat berwarna dengan kehadiranmu, aura karismatikmu terpancar dengan perilakumu. Hingga aku berpikir sejenak tidak pantas untukmu. Tapi hatiku berkata lain, bahwa kamu orang yang baik selalu menerima siapa saja yang membutuhkan bantuan.

Hingga hari itu aku memberanikan diriku untuk berkenalan dan berbincang kepada dirimu. Awalnya aku ragu dengan diriku, tapi dengan keberanian dalam diriku yang mendorongku untuk sapa walau itu hanya senyum engkau lontarkan padaku. Aku tidak mengerti, setiap kali aku berjumpa dan bertemu kamu di kampung membuat aku senang. 

Aku binggung dengan perasaanku sendiri. Perasaan ini tumbuh begitu cepat dalam ragaku, hingga aku tak bisa menghentikannya. Setiap kali aku untuk melupakanmu, tapi bayanganmu muncul dalam pikiranku. Aku tahu kita memang beda, tapi cinta ini tidak memandang siapa diri kamu. Aku tahu hubungan memang sulit kujalani bersamamu, tapi hatiku tidak mempedulikan itu. Hatiku berbisik untuk memiliki kamu, tapi perasaanku berkata lain kita berbeda.

                                                                        ***

Aku bukan menyalahkan Tuhan, tapi takdir tidak memihak pada kita. Cinta tak bersalah, hanya kita yang berbeda. Aku dan kamu mungkin tidak di peruntukkan untuk hidup bersama, melainkan untuk mengenal sesaat setelah itu berpisah. Iman kita yang berbeda, itu membuat cinta kita tak direstui oleh alam dan orangtua kita. Ujian cinta kita begitu berat, hingga aku tak bisa menahannya lagi, jalan yang terbaik adalah berpisah dan melupakan segalanya.

Aku rela berpisah denganmu, asalkan kamu tidak melawan orangtuamu untuk mengikutiku. Aku tidak ingin hubunganmu dan orangtuamu akan rusak karena kehadiranku. Aku tak mau keluargamu hancur hanya karena kamu memilihku. Aku rela kebahagianku direnggut, asalkan kebahagian orangtuamu jangan kamu hancurkan. 

Tiga tahun memang bukan waktu singkat bagi cerita cinta kita. Aku tahu hubungan kita memang tak pantas dilanjutkan, karena orangtua kita merestui hubungan ini. Aku dan kamu saling mencintai, apakah aku pantas memaksamu untuk hidup bersama, dilain sisi orangtuamu tidak beri ruang untuk diriku. Jika memang kita berjodoh, Tuhan akan mempertemukan kita kembali. Aku tidak berharap pada keajiaban yang terjadi pada hubungan kita, yang aku harapakan kamu bahagia dengan pilihan orangtuamu. Aku akan bahagia jika kamu mengikuti kehendak orangtuamu. Mana mungkin seorang anak melawan kehendak orangtua, bila itu pilihan yang terbaik menurut mereka. Aku tidak mepersalahkan orangtuamu, keadaan kita yang berbeda. Mungkin kita memang tidak di takdirkan untuk bersama, melainkan untuk saling mendoakan kebahagiaan kita masing-masing.

Hari ini tepat tiga tahun hubungan kita. Hari dimana semua kisah dan harapakan kita tulis dalam benak dan pikiran kita. Hari dimana kita pertemukan untuk menjadi seorang kekasih. Di hari bahagia  ini juga dimana hubungan kita berakhir dengan sebuah perpisahan. Aku bahkan tidak berpikir kisah kita berakhir seperti ini. Semua harapan yang kita mimpikan bersama seketika hancur setelah mendengar perjohonanmu. Aku bahkan sebelumnya tidak membayangkan kalau kamu di jodohkan oleh orangtuamu, aku tahu kamu juga tidak mengetahui apa rencana orangtuamu.

Pupus sudah aku untuk meminangmu, ternyata kamu telah di jodohkan orangtuamu. Cinta yang selama ini kita bangun bersama kini telah sirna.

“Aku di jodohkan orangtuaku, bagaimana dengan hubungan kita selanjutnya” ujarnya padaku dengan raut wajah sedihnya.

“Tidak mungkin kamu membantah orangtuamu dalam perjodohanmu, aku ikhas kamu dengan lelaki lain asalkan kamu bahagia” jawabku dengan suara serak.

“Tapi aku tidak mau di jodohkan, bahkan aku sendiri tidak mengenal lelaki yang ingan menjadi belahan jiwaku” pungkasnya.

“Emang kamu menerima perjodohan oleh orangtuamu, atau kamu menolaknya” tanyaku

“Saranku kamu menerima saja perjodohan itu, mungkin itu yang terbaik kita berdua, apa lagi iman kita yang berbeda. Bukannya aku tidak memjuangkan cintaku padamu, mana mungkin seorang anak menolak permintaan orangtuanya” lanjutku.

“Mungkin kita tidak diciptakan untuk hidup bersama melainkan untuk saling melupakan satu sama lain” ucapku lagi.

“Mana mungkin aku menikah dengan lelaki yang tidak kucintai, aku ingin pergi bersamamu” pintanya sambil memohon pada untuk membawa dia pergi sejauh mungkin.

            Aku hanya diam atas permintaannya itu. Aku hanya menangis dan membisu. Aku bahkan tidak ingin hal ini terjadi pada nasib cintaku.

“Jangan, kamu tidak boleh membuat orangtuamu kecewa pada dirimu” ujarku pada dirinya.

“Itu bukan solusi, itu akan menimbulkan masalah antara keluargamu dan keluargaku nantinya, lebih baik hubungan kita berakhir dengan baik-baik saja” lanjutku.

            Kami beberapa kali beragumen untuk mencari solusi dari masalah kami, namun kami tidak menemukan jalan keluarnya. Jalan satu-satunya adalah hubungan kami berakhir, untuk memperbaiki keadaan antara kedua belah pihak keluarga. Aku tidak ingin keluargaku ada masalah hanya karena dengan hubungan aku dan dia. Lebih baik aku akhiri hubungan ini tanpa ada orang aku sakiti dan terluka.

Memang berat kujalani ini semua, tapi apa boleh buat iman kami yang berbeda dan kedua orangtua kami tidak merestui hubungan ini. Dulu kita pernah bermimpi, kelak kita akan hidup bahagia. Namun, semua mimpi itu jadi sirna ketika di halangi dengan iman yang beda.


                                      Penulis Paskal D'Ladur

                                      Malang Senin, 29 Mei 2023

 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Iman Kita Beda"

Post a Comment